Hedging Berbasis Utang Valuta Asing Buku Karya Dr. Ekayana Sangkasari Paranita

Loading

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sahid Jakarta, Ekayana Sangkasari Paranita, beberapa waktu lalu telah menerbitkan bukunya dengan judul;” Hedging Berbasis Utang Valuta Asing”. Dalam wawancaranya, Ekayana, menjelaskan tujuan membuat buku ini adalah untuk membukukan penelitian di bidang hedging dan valuta asing. Dilatarbelakangi adanya kondisi sebagian besar perusahaan multinasional company di Indonesia yang pasti memiliki utang dalam valuta asing yang saat membayarnya dalam usd, padahal penerimaan mereka dalam rupiah. Biasanya akan terjadi rugi karena selisih kurs. Hal Ini disebabkan kondisi setiap periode rupiah kita terdepresiasi, oleh karena itu perlu kebijakan hedging.

Buku ini merupakan rangkuman penelitian dengan kebaruan dalam menyintesis teori balancing dan teori contracting untuk menderivasi konsep hedging berbasis utang valuta asing. Konsep hedging berbasis utang valuta asing diukur dengan sinkronisasi antara kebijakan hedging dengan derivatif valuta asing dan kebijakan hedging dengan foreign debt. Sebagian perusahaan publik menyatakan kebijakan hedging-nya adalah strategi natural hedging. Penelitian-penelitian empiris sebelumnya menggunakan variabel dummy dan mengklasifikasikan perusahaan sebagai hedger atau nonhedger sehingga dapat menimbulkan bias.

“Ya ada kendala nya terutama di data, jadi ini survey pada semua perusahaan yang terdaftar di perusahaan bursa efek, waktu saya teliti itu ada 600 sekian perusahaan sampai saat ini bursa belum mewajibkan declair atau pengungkapan atas hedging. Secara statistic saya lakukan dengan domain variable, sedangkan sumber reference yang saya lakukan dari puluhan-puluhan jurnal dari international jurnal itu. Sebagian besar dari bursa efek international itu ada data national hegding atau nominal seberapa banyak itu ada. Kendala di Indonesia memang data sampai nilai national nya belum ada melakukan hedging, jadi secara statistic bisa saya research pakai variable dami tapi data kurang detail.”
Ekayana menyatakan bahwa untuk ruang lingkup sudah cukup heterogen, karena semua perusahaan dibursa efek Indonesia diambil sebagai populasi tidak hanya salah satu sektor saja tapi mencakup seluruh 600 perusahaan, ada sekitar 6 x 36 ribu hasilnya sekitar 36.000 dan dikalikan lagi 14 variabel itu sekitar puluhan ribu data yang diolah, sehingga untuk keterwakilan ini cukup representative.
Terkait kebijakan hedging ada implikasi dari hasil penelitian ini, semua berkaca dari kondisi yang ada di Indonesia, bahwa masih terus terjadi depresiasi atas mata keuangan rupiah, sedangkan masih ada peningkatan utang valuta asing dalam valuta. Semoga dalam waktu dekat bursa mewajibkan pengungkapan hedging secara nilai emosionalnya seperti yang berlaku dinegara lain, untuk pelaku hedging dan regulatornya. Kemudian untuk para akademisi mudah-mudah ini bisa menjadi kebijakan dan untuk riset selanjutnya bisa diperdalam lagi. Dan semoga kedepan bisa diberlakukan kewajiban penerapan emusional hedging serta bisa diterapkan dalam laporan keuangan.

Baca juga  VISITASI PROGRAM MAGISTER ILMU KOMUNIKASI PASCASARJANA USAHID JAKARTA
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Scroll to Top